Tuesday 24 December 2013

sempilan gundah malam bukan resipi



Renungan malam hari
Langsung aja deh...
Sepanjang hidup saya, babak sosialisasi tergalau dimulai sejak saya menikah dan keluar dari lingkaran nyaman saya, yaitu Bandung, Keluarga dan ITB (kehidupan kuliah)
Sedihnya, kondisi ini seringkali mempengaruhi kehidupan rumah tangga dan kesehatan saya, karena kebodohan saya (memasukan unsur sosialisasi dalam kehidupan saya)
Istilah “nak, dunia luar sana lebih kejam”, benar2 saya rasakan
Selama berada di lingkaran saya, saya merasa dunia sosialisasi dapat saya jalani dengan bahagia. Penolakan beberapa kalangan dapat saya abaikan (tanpa terasa), karena terdapat pilihan.
Sekarang?
Start from japan, Tokyo... Berbekal dari cerita kakak-kakak pramuka ITB  berbeasiswa luar negeri “enaknya luar negeri, sesama indonesia serasa saudara, tak perlu khawatir, saling membantu”,  sangat melekat dalam hati saya – tidak sekedar melekat dalam benak saya tapi dalam hati saya. Tidak ada keraguan bagi saya mendatangi sebuah pengajian Indonesia ALONE di Tokyo , definisi alone disini adalah saya dan suami saya, tanpa saya janjian dengan teman wanita bertemu di pertemuan tersebut. Saya hanya berpikir, “ah, tak perlu khawatir, nanti akan banyak kenalan sodari2 yang ramah-ramah”, selain orang tua saya juga sangat tidak suka jika saya kurang pede menghadiri suatu acara sendirian, saya sudah terbiasa kondisi seperti ini sejak kecil. Sesampai di lokasi, banyak mata memandang aneh terhadap saya (wajar, karena tidak kenal). Sunyi senyap, senyum keramahan dari mereka pun tiada, mulai tidak nyaman. Akhirnya, saya duduk di salah satu kursi bersama tiga wanita lain yang sedang bercengkrama, berkenalan pada akhirnya, yang berakhir pada ketidakramahan. Pada intinya mereka terheran-heran, “Datang sendirikah?”, yang akhirnya saya yang jadi terheran-heran...
Kesimpulan dari pertemuan itu, saya tidak menambah teman baru, dan saya adalah orang aneh, yang berani datang pertemuan tanpa ditemani teman-teman mereka pada pertemuan pertama. Dan babak persosialisasian yang kurang nyaman pada lingkungan pengajian komunitas suami saya ini pun berlanjut, sukarnya beradaptasi dengan mereka. Semakin sulit ketika saya menyadari, ternyata teman-teman di lingkaran nyaman Bandung pun tidak semuanya tulus pada saya. Saya tekadkan diri, bulatkan niat, semua ini saya jalani untuk ibadah kepada Allah SWT, saya tidak menyangka mendapat sandungan sebesar ini.
Saya berusaha menikmati, dengan selalu berdoa dan bersyukur akan rahmat dan nikmat Allah, kesempatan luar biasa, mengembangkan wawasan sejalan dengan ibadah. Alhamdulillah mendapatkan suami yang luar biasa, sabar dan menemani saya di kala cobaan ringan itu datang. Karena saya yakin, saya tidak melakukan kesalahan, langkah saya disini karena saya beribadah dalam berumah tangga sebagai istri dari suami, bukan sebagai wanita karier ataupun lain-lain, sehingga prioritas langkah ibadah saya adalah sebagai seorang istri dan ibu . Saya yakin, pasti sepasti-pastinya Allah membukakan jalan. Alhamdulillah, dengan kesabaran seadanya yang saya dan suami saya miliki, dimana saya mendambakan sahabat yang baik hati, saya dipertemukan dengan beberapa sahabat yang sangat baik hati dan sayang dengan saya, apalagi saya, saya sangat menyayangi mereka. Uniknya saya bertemu dengan mereka, sebagian besar bukan dari komunitas teman-teman suami saya, namun diluar itu, dengan cara yang tidak diduga2, secara mandiri (Jika Allah menginginkan , tiada yang tidak mungkin). Saya tidak ragu untuk menyebutkannya disini, karena mereka sangat langka, Mbak Nyai, Dina, Mbak Fitri, Mbak Aat, Pipiet, Rani, Mbak Irma, Mbak Nanit, Noriko, Sholih, Mbak Yekti, Melia, Nelly, Reri, Felly, Mbak Endah, Elin, Yanti, Dewi, Niken, Ria dan Eka. Entah mereka masih inget dengan saya atau tidak, tapi saya sangat menyayangi mereka dan merindui mereka. Alhamdulillah sekali pada Allah , diberi kesempatan berharga untuk berkenalan dengan mereka, sebagian sudah back for good ke Indonesia, sebagian masih berjuang merantau di jepang atau negara lain.
Dari pengalaman kehidupan saya di Tokyo , saya mendapatkan pengalaman hidup sangat berharga. Di kala teman-teman saya di Indonesia satu persatu mulai menjauhi saya, ataupun bersikap tidak sportif terhadap saya. Saya mulai membuka mata saya, apa arti persahabatan sebenarmya.
Seorang sahabat adalah sebuah hubungan sama rata, sama sayang, jika sudah terdapat rasa tidak menghargai dan merendahkan, ingin lebih baik dari, tidak senang-tidak bahagia temannya bahagia, hubungan tersebut sudah dinodai. Tidak perlu khawatir, lebih baik memiliki segelintir teman namun berkualitas (sesuai dengan butir sahabat diatas), lebih baik rasanya –kimochi- , daripada banyak namun penuh kedengkian, tidak rasa aman dan nyaman dalam hubungan itu. Akan terasa siksa, karena kedengkian mereka akan menyiksa dan menjerumuskan.
Selama kita sabar, selama niat kita untuk ibadah pada Allah, dan yakin pada Kembali lagi... dalam tulisan ini.. saya berdoa.. saya yakini untuk ibadah pada Allah SWT sebagai seorang istri dan ibu, semoga saya diberi kekuatan, kesehatan dan kesabaran, keikhlasan dalam menghadapi semua...
Kenapa saya hanya melakukan kegiatan Ibu Rumah Tangga..... Saya hanya melakukan sesuai sunah Rasul, melaksanakan pilihan hidup saya secara Ihsan, saya disini sebagai Ibu Rumah Tangga, sebagai istri dari suami saya, sebagai Ibu dari anak saya, sebagai anak perempuan dari orang tua saya, sehingga saya akan melakukan yang terbaik dengan niat ibadah untuk Allah SWT semata...
Sehingga ibadah hanya untuk Allah SWT semata...
Sehingganyalah saya berusaha menyediakan makanan rumah yang dapat dinikmati setiap harinya, suasana rumah yang nyaman, istri dan ibu yang sholeh, yang terlalu banyak disebutkan satu persatu. Dimana semua itu masih dalam tahap belajar, karena kesalahan masa lampau saya yang terlalu sibuk dengan luar rumah.
Menjadi Ibu bukanlah sebuah profesi yang ada tingkatan kuliah ataupun sekolah, tp berdasarkan pengalaman.
Tenang aja, saya punya hobby.. Hobby saya memasak, maen piano, membaca buku dan terutama bermain dengan Rahya dan suami dan keluarga... Walaupun saya tidak maen keluyuran kemana2, saya bahagia dirumah, banyak sekali kegiatannya, dan tidak monoton
Karena, kesibukan saya sebelum menikah, membuat saya banyak kehilangan waktu bermain bersama keluarga besar saya, orang tua saya...Kenapa saya tidak mau aktif, karena saya tau, waktu akan cukup banyak tersita, dan lelah, dan saya tidak sanggup... jika lelah itu terjadi krn faktor eksternal, keluarga lah yang dirugikan
Jika keluarga yang dirugikan, adakah yang membantu keluarga kita? Yang seharusnya pertama membantu keluarga pada saat dirugikan adalah sosok seorang Ibu.... karena sosok Bapak pun sudah lelah di kantor.. apa jadinya jika sosok ibu pun sudah lelah??
Jika sebuah organisasi lelah, masih banyak yang bisa bantu, orang2 yang belum berumah tangga dan lain-lain, sedang anggota keluarga lelah, siapa lagi kalo bukan ibu dan bapak...
Semoga diberikan kesadaran yang terbaik...
Amin...

mungkin bagi yang lain, hal ini gak penting.. ...
tapi.. saya perlu bener2 menyelesaikan masalah sendiri pada akhirnya... karena pada akhirnya manusia juga akan sendiri bukan?

6 comments:

  1. gambare mbak Yuli! saya juga nyorangan wae he3....sekarang fisik saya drop sejak hamil dan melahirkan Taqwa...jadi gak bisa jauh2 untuk sekedar bergaul...tapi pintu rumah saya Insya Allah terbuka kalo ada yang mau berkunjung mah. Btw kadang kita mesti jaga jarak untuk saling melindungi...kan kita tidak ingin tersakiti apalagi menyakiti...pada akhirnya memang hanya beberapa orang saja yang benar2 bisa menerima kita apa adanya...dan itu mungkin sudah cukup. Alhamdulillah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksud hati, kami menghindari saling menyakiti tersebut, tp diartikan lain...
      Makasih ya mbak Nyai nyemangati... Alhamdulillah skrg ada pesawat pp lgsg ke bdg... Jd bapak ibu and kakak-kakak sekeluarga sering dateng... Bener2 obat paling mujarab...
      Wah mbak Nyai, semoga sehat2 ya mbak... drop gmn mbak?
      Ini Bener2 udh titik stress hehe, ampe akhirnya kudu dituangkan begini...
      budaya kita, sesuatu sering dinilai dr kuantitas...
      Padahal, tak guna lah byk kawan, jika saling iri hati...
      Yg penting kualitas, walo tak byk..
      Tp yg penting bs saling berbagi kebahagian dan kesusahan tanpa ada jealousy dan persaingan...
      Alhamdulillah mbak Nyai, semoga kita dikaruniai kesehatan dan kesabaran selalu ya mbak

      Delete
  2. The day is getting closer, lots work to do...
    What should i do?
    Please come healthiness, give me some strength

    ReplyDelete
  3. To see someone success and got appraised from others is blessed...
    and that's not for me,
    It's ok... I'm fine anyway.. And very happy too..:-)

    ReplyDelete
  4. I hope my gadget will come soon.
    So, I can updated my blog faster and more often...
    Can not wait..
    Thank you my love...

    ReplyDelete